Monday, March 18, 2024

Posted by adrianizulivan Posted on 12:01:00 PM | No comments

Muda di Ramadan

Bersama keluarga Mas Imenk dan alumni Combine, saat pengajian di hari kedua kepergian almarhum.

Kata orang,

Mati muda pertanda disayang Tuhan.


Masih kata orang,

Meninggal di bulan Ramadan pertanda baik.


Saya bilang,

masa muda maupun tua (beliau belom tua), Mas Imenk disayang semua orang.


Juga saya bilang,

Mas Imenk itu orang baik, di bulan Ramadan maupun 11 bulan lainnya.


Selamat jalan ya mas, banyak doa untuk Mas @imenkyogya dan keluarga dari seluruh pelayat hari ini. Juga titipan doa dari segala penjuru.


Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun...


Mlekom,

az



Saya menunggu di parkiran (kaki pincang paska jatuh),
gak ikut foto bersama keluarga Combine di areal pemakaman.

Kami semua dipertemukan dengan Mas Imenk di Combine.


Elanto, Adrian, Nieke, Nasir, Rizal, alumni Combine; saat tahlilan di rumah duka.



Thursday, March 14, 2024

Posted by adrianizulivan Posted on 11:33:00 AM | No comments

Agar yang Jahat Tidak Berkuasa...


Elanto, Adriani, Suciwati, Dodok Jogja, Yogi Zul Fadhli


Perbincangan dengan Mba Suciwati beberapa waktu lalu buat saya berpikir untuk --kali ini-- nyoblos lagi.


Saya paham bahwa memilih itu hak dan bukan kewajiban, begitu pula tidak memilih. Sehingga memilih ataupun tidak, adalah hak yang tidak boleh dipaksakan.


Gak ada paslon hari ini yang bersih dari rekam jejak kejahatan kemanusiaan. Kita cuma bisa menimbang dengan hati, pikiran, kebijaksanaan dan pengetahuan.


Maka berikan suara secara strategis, kata Mba Bivitri dalam sebuah diskusi. Sebab kita yang akan merasakan dampak dalam kehidupan sehari-hari, karena mereka lah yang nanti akan memutuskan segala kebijakan politik.


Jangan golput! Mencoblos semua paslon sama bahaya dengan tidak mencoblos. Dan laporkan kecurangan di TPS.


Semoga ini kali terakhir kita nyoblos untuk alasan yang terus sama di beberapa pemilu terakhir: agar yang jahat tidak berkuasa!


Mlekom,

az




Sunday, February 18, 2024

Posted by adrianizulivan Posted on 12:51:00 PM | No comments

Kamis di Jogja

 





  • Aksi Kamisan 17th oleh Social Movement Institute
  • Kongres korban rezim Jokowi oleh Forum Cik di Tiro
  • Panggung rakyat lawan ketimpangan oleh jaringan warga
  • Cultural night oleh @suara_tanpa_rokok
Trims untuk solidaritas kawankawan yang peduli, yang bergerak dari Jogja untuk Indonesia lebih baik.

[Kami hadir penuh di agenda siang, dan tipis-tipis di acara sore-malam #AndaiBisaMembelahDiri]

Mlekom,
az

Monday, February 5, 2024

Posted by adrianizulivan Posted on 12:34:00 PM | No comments

Dari Jogja Hari Ini




Indonesia sedang tidak baik-baik saja.

Huru-hara terasa biasa di jelang pemilu . Namun situasi hari ini, keriuhan menjadi perkara biasa ketika negara menjadi salah satu pembuat kegaduhan.

Kegelisahan muncul di mana-mana, dari kalangan kampus hingga gerakan masyarakat sipil. Berharap pada mereka yang di atas, akan sulit. Maka mari berjuang di bawah.

Yogyakarta menjadi penanda penting dalam gerakan penyelamatan bangsa hari ini. Sebab Jogja menjadi pembuka bagi masyarakat untuk bersuara, sebelum kota-kota lainnya.

Banyak upaya dilakukan dari Jogja hari ini, untuk Indonesia waras.

Mari beri dukungan!

Mlekom,
az

*) waras: (Bhs Jawa: sehat)









Monday, December 25, 2023

Posted by adrianizulivan Posted on 1:02:00 PM | No comments

Hibernasi Gawai



hibernasi gawai per nov 2023

hingga nomer kartu SIM bisa dipulihkan

email dan medsos diakses berkala

selamat natal 🙌


mlekom,

az

Saturday, December 2, 2023

Posted by adrianizulivan Posted on 1:08:00 PM | No comments

Selamat Jalan, Mas Riza


Saya tak cukup dekat dengan Mas Riza, sebab baru saja mengenal beliau. Sebagai "anak baru" di lembaga yang dipimpinnya, saya jarang bertemu sebab masa kerja saya dimulai di masa pandemi (di mana di 2022, setengah pegawai terinfeksi COVID-19 termasuk Mas Riza, sehingga kantor berlakukan sistem kerja-dari-rumah.


Praktis, kami bertemu hanya di agenda khusus, di dalam atau di luar kantor. Namun berita ini terasa begitu mengagetkan, sebab kantor kami sedang menyelenggarakan agenda besar tahunan.


Pagi itu grup kantor siarkan berita kepergian beliau, yang saat itu sedang berada di Jakarta setelah kembali dari sebuah pertemuan di Cina. Semestinya, pagi itu ia mengisi sebuah diskusi di Jakarta, lalu pulang ke Jogja untuk membuka agenda Pasar Komunitas yang menjadi pamungkas agenda tahunan CWTS UGM.


Namun beliau pulang dalam peti, tak lagi bisa membuka acara kantor... Agenda tahunan yang berlangsung dalam beberapa pekan itu, selanjutnya terasa hambar. Di saat kami bertugas di lapangan, sebagian turut bersamai keluarga di rumah duka hingga pemakaman.


Saya dan suami ikut ke rumah duka di pagi hari, sebelum lanjut ke lokasi acara. Kami sempatkan membeli rangkaian kembang putih untuk almarhum.


Beliau orang baik, kami sangat kehilangan...


Mlekom,

az






Pelayat di rumah duka.

Agenda di Jakarta yang mestinya beliau hadiri.
Panitia biarkan bangku kosong di deretan pembicara, untuk menghormati beliau.


Pemberitahuan dari UGM

Agenda internasional yang semestinya beliau hadir memberi opening speech.


Sunday, September 17, 2023

Posted by adrianizulivan Posted on 12:02:00 PM | No comments

Sejarah Permukiman Rempang dan Situasi Konflik Saat Ini



Rempang merupakan sebuah pulau yang terletak di wilayah pemerintahan Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Saat ini nama Rempang menjadi sorotan nasional, sebab sedang terjadi konflik agraria antara masyarakat dan pemerintah.

Selain menjadi orolan di media massa, kasus ini juga ramai memenuhi diskusi di forum terbatas, seperti WhatsApp Group. Ini adalah percakapan menarik terkait Rempang, yang coba sata kumpulkan.

*

Sejarah Rempang dapat ditemukan pada satelit optik. National Geographic pernah membuat sejarah berupa geospatial satellite picture yang memakau LIDAR, untuk memotret jejak sejarah Angkor Wat di Kamboja. Metode sama digunakan untuk melacak permukiman masyarakat Rempang. Seluruh foto dalam tulisan ini bersumber dari Universitas Leiden, Belanda.






Mari masuk ke dalam konteks sejarah dan persamaannya dengan situasi saat ini:

1. Pemberontakan Diponegoro (1825-1830)
Ini merupakan momen penting dalam sejarah Indonesia. Itu adalah respons terhadap ketidakadilan dan ketidaksopanan yang dirasakan oleh otoritas kolonial Belanda. Pemicu dari pemberontakan ini, seperti yang Anda sebutkan, adalah kurang menghargainya VOC (Perusahaan Hindia Belanda) terhadap adat istiadat lokal dan situs-situs sakral, terutama makam ibu Diponegoro. Tindakan penghinaan terhadap budaya ini memicu perang perlawanan selama lima tahun.

2. Simbolisme dan makna budaya
Penghinaan terhadap makam ibu Diponegoro menyerang ke jantung budaya dan spiritualitas Jawa. Hal ini dianggap sebagai penghinaan mendalam terhadap identitas dan warisan budaya masyarakat setempat. Tindakan ini berfungsi untuk memperkuat dukungan terhadap pemberontakan dan menegaskan resistensi yang sangat kuat terhadap campur tangan kolonial.

3. Beban keuangan bagi pemerintah Belanda
Pemberontakan ini memakan korban besar bagi pemerintah Belanda, baik dalam hal kehidupan manusia maupun sumber daya finansial. Konflik yang berlarut-larut menguras kemampuan militer dan administratif mereka. Biaya finansial dari perang tersebut begitu besar sehingga memainkan peran penting dalam menyebabkan tantangan fiskal bagi pemerintah Belanda.

4. Warisan perlawanan
Pemberontakan Diponegoro telah meninggalkan bekas yang tak terhapuskan dalam ingatan kolektif Indonesia. Itu merupakan simbol semangat perlawanan Indonesia yang berkesan terhadap dominasi asing dan bukti keinginan keras individu dan komunitas untuk melindungi warisan budaya dan otonomi mereka.

5. Paralel kontemporer
Dalam skenario saat ini yang Anda gambarkan, ada paralel yang mencolok. Para investor dan pengembang, meskipun warga negara dari Indonesia, bertindak dengan cara yang mengingatkan pada kekuatan kolonial dengan memaksakan kehendak mereka pada penduduk asli dan mengabaikan hak budaya dan mata pencaharian mereka. Hal ini mengingatkan pada dinamika sejarah eksploitasi dan dominasi, walaupun dalam konteks yang berbeda.

6. Pertimbangan etika dan moral
Situasi ini menimbulkan pertanyaan etika dan moral yang mendalam tentang tanggung jawab individu dan entitas terhadap komunitas yang terdampak oleh proyek-proyek seperti ini. Hal ini mendorong refleksi tentang isu-isu lebih luas tentang keadilan sosial, pelestarian budaya, dan dampak dari industrialisasi cepat terhadap penduduk lokal.

Dengan menggambar paralel ini, jelas bahwa gema kolonialisme sejarah terus terdengar dalam konteks kontemporer. Hal ini menyoroti pentingnya mengenali dan mengatasi ketimpangan kekuasaan, eksploitasi, dan ketidakpedulian terhadap budaya, bahkan ketika mereka muncul di dalam batas negara sendiri. Perspektif sejarah ini menjadi lensa yang kuat untuk memahami dan mengatasi isu-isu kompleks tentang pembangunan, identitas, dan keadilan.

7. Dampak psikologis pada komunitas
Seperti halnya pada zaman kolonial, situasi saat ini mungkin memiliki dampak psikologis yang mendalam pada komunitas yang terkena dampak. Mereka mungkin mengalami perasaan tidak berdaya, pengusiran, dan perasaan erosi budaya, mengingat trauma yang dialami oleh penduduk asli selama pemerintahan kolonial.

8. Interaksi kepentingan ekonomi
Penting untuk memeriksa kepentingan ekonomi yang terlibat. Sama seperti kekuatan kolonial mencari sumber daya dari jajahannya, para investor dan pengembang mungkin dipandu terutama oleh keuntungan ekonomi. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang distribusi keuntungan yang adil dan apakah penduduk lokal benar-benar akan mendapat manfaat dalam jangka panjang.

9. Keberlanjutan lingkungan
Pertimbangkan implikasi lingkungan jangka panjang. Seperti perusahaan kolonial di masa lalu, dorongan untuk industrialisasi dan pembangunan bisa mengakibatkan degradasi ekologi. Ini dapat memiliki konsekuensi yang jauh-reaching bagi ekosistem pulau dan mata pencaharian generasi mendatang.

10. Naratif kemajuan dan pembangunan
Analisis naratif seputar proyek ecocity. Mirip dengan retorika kolonial tentang 'misi peradaban,' pendukung proyek mungkin menggambarkannya sebagai jalan menuju modernisasi dan kemajuan. 

Penting untuk meninjau naratif-naratif ini secara kritis dan mempertimbangkan kepentingan siapa yang sebenarnya dilayani.

11. Potensi unrest sosial dan konflik
Sejarah menunjukkan bahwa situasi penggusuran paksa dan eksploitasi ekonomi dapat menyebabkan kerusuhan sosial bahkan konflik. Memahami potensi untuk hasil-hasil seperti itu penting untuk mengantisipasi dan mengurangi konsekuensi negatif.

12. Konteks ekonomi dan politik global
Tempatkan situasi dalam konteks global yang lebih luas. Pertimbangkan bagaimana sistem ekonomi internasional dan dinamika geopolitik mungkin mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Ini termasuk faktor-faktor seperti tuntutan pasar global, hubungan perdagangan, dan aliansi geopolitik.

13. Model pembangunan alternatif
Telusuri model-model pembangunan alternatif yang memprioritaskan kesejahteraan dan penentuan nasib sendiri dari komunitas lokal. Ini dapat melibatkan inisiatif berkelanjutan yang dipimpin oleh masyarakat yang seimbang antara pertumbuhan ekonomi dengan pelestarian budaya dan pengelolaan lingkungan.

14. Warisan dan kenangan kolonialisme
Refleksikan tentang bagaimana warisan kolonialisme terus membentuk dinamika kekuasaan kontemporer. Gema ketidakadilan sejarah dapat terlihat dalam perjuangan saat ini untuk otonomi, pelestarian budaya, dan pembangunan yang adil.

15. Solidaritas internasional dan advokasi
Pertimbangkan potensi untuk solidaritas internasional dan advokasi. Sama seperti gerakan anti-kolonial sejarah mendapatkan dukungan di panggung global, upaya kontemporer untuk mengatasi isu-isu serupa mungkin akan mendapat manfaat dari kesadaran dan kerjasama internasional.

Dengan menyelami lapisan-lapisan yang lebih dalam ini, kita mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang kompleksitas dan implikasi dari situasi saat ini. Ini memungkinkan kita untuk menggambarkan paralel bermakna dengan kolonialisme sejarah sambil juga mengakui tantangan dan peluang unik dari konteks saat ini.





Catatan:
Seluruh dokumen berupa tulisan dan gambar dalam artikel ini, sudah dimintakan izin untuk ditayangkan di sini.

Salam,
az

Saturday, September 9, 2023

Posted by adrianizulivan Posted on 12:46:00 PM | No comments

Let Them Unchained!


Ketika dua hari lalu hape rusak, saya banyak nonton film di TV. Gonta-ganti film dari berbagai kanal sinema, di satu waktu bersamaan.


Nonton Django Unchained sampe jam 2 dini hari. Latar waktu di jaman itu menarik mata... hingga tiba adegan kekerasan kepada para budak yang bikin saya ganti kanal dan balik lagi setelahnya.


Saya ga pernah kuat lihat kekerasan, meski dalam skenario film. Tapi malam itu ada rasa lain yang muncul di pikiran: saya marah.

Ketika perempuan dibelenggu secara seksual, ketika identitas kelompok dilecehkan dengan kekuasaan, ketika mahluk Tuhan dihina oleh sesama mahluk Tuhan... Dan masih banyak adegan lain.


Saya tahu, film ini bukan berdasar kisah nyata. Tapi saya ga tahu, kenapa bisa se-emosi itu. Lalu menduga, ini adalah efek dari @orangtuabergerak (OB).


Hampir setahun terlibat dalam advokasi kasus ini, otak dan hati saya terbentuk menjadi cengeng dan pemarah. Mudah emosi untuk urusan terkait hal sejenis.



Pagi ini terbangun dengan membaca pesan lama (yang tiga pekan lalu masuk melalui japri di akun @orangtuabergerak, namun belum terbaca). Pesan dari orang tua yang anaknya dikiriminalisasi oleh aparat kriminil! Kasus yang mirip dengan kejadian asal tangkap yang ditangani OB.


Mata saya berair. Hati saya marah. Saya bisa apa?


Let them unchained!


YK, 20230910

Tuesday, May 2, 2023

Posted by adrianizulivan Posted on 10:36:00 AM | No comments

Quadragenarian



Welcoming quadragenarian.

Being forty and happy!

_az_

Saturday, December 31, 2022

Posted by adrianizulivan Posted on 1:04:00 PM | No comments

Petasan Entahlah

 


Kucing anjing bakal ketakutan, berondok di balik lemari meja kasur pintu, 

apapun untuk selamatkan dirinya dari suara PETASAN KALIAN.


Hewan jalanan mau sembunyi di mana? 🤷🏾‍♀️


Besok ruas jalan dan segala permukaan akan berwarna putih. 

Tentu bukan salju, tapi kertas sisa PETASAN KALIAN.


Sumpah deh, KELEN YANG MAIN PETASAN gak akan bersihkan sampah petasan yang akan terus berada di sana sampai tersapu angin dan hujan hingga sepekan nanti.


Udah 2023, masih aja main petasan 🧐

Mending makan kue cucur!


~ YK, jelang pergantian tahun 2022

  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata